Wednesday, January 18, 2023

Salesman Adalah Jalan Ninjaku

Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman selama menjadi seorang salesman di sebuah perusahaan consumer good dan selama saya menjalani bisnis sendiri di Jakarta dan Surabaya, yang  mungkin bisa diambil hikmahnya dan menjadi pembelajaran bagi para pembaca agar tidak megulangi kesalahan yang sama.

Ketika menjadi seorang sales supervisor di Surabaya, saya memiliki beberapa anak buah yang menurut saya cukup unik, baik secara karakter dan cara mencapai tujuannya. Dan ada pula tingkatan diatasnya yang merupakan supervisor dan para manajer yang akan saya jadikan perbandingan tentang teknik yang digunakan dalam bernegosiasi dengan para pelanggannya. 

Seorang salesman yang cerdas dan cakap. Karena dia banyak menyampaikan ide dan apa yang akan dilakukannya untuk bisa mencapai tujuan dari penjualan setiap bulannya. Bahkan beberapa idenya membuat saya terkejut karena pengalamannya yang cukup lama sebagai seorang salesman.

Para salesman ini akan selalu menyampaikan kepada para pelanggannya secara langsung dan mungkin dengan cara mereka yang terkadang seperti "coboy" jalanan. Karena mungkin mereka dididik untuk menjadi seperti itu. 

Mereka memiliki kelebihan bergerak cepat dan cakap. Mungkin memang karakter seperti itulah yang dituntut untuk bekerja di  perusahaan ini. "straigh to the point" adalah senjata mereka ketika melakukan negosiasi terhadap para pelanggan kami.

Kecepatan untuk menyampaikan pesan menjadi keahlian mereka, dan perusahaan tahu benar tentang kelebihan ini, sehingga perusahaan akan menyampaikan hal penting yang perlu diketahui oleh para pelanggan melalui para salesman ini.

Sikap ini sedikit berbeda ketika yang melakukan negosiasi dengan pelanggan adalah para supervisor yang posisinya berada satu tingkat ada diatas salesman.

Seorang pengawas atau supervisor ini biasanya ketika melakukan negosiasi akan lebih kalem dan selalu menyiapkan data yang diperlukan sebagai penguat dari argumen dan pesan yang akan disampaikannya kepada para pelanggannya.

Sehingga, seringkali pesan yang disampaikan akan lebih mudah tersampaikan dengan lebih baik dan seringkali GOAL yang dikehendai akan lebih mudah tercapai. mereka memiliki kecerdasan dan empati yang tepat sehingga bisa menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.

Para supervisor ini biasanya diawal perbincangan tidak akan terlalu banyak bicara, namun lebih banyak mendengar apa yang sebenarnya dikehendaki oleh para konsumennya. Biasanya mereka akan mulai berbicara ketika sudah menangkap esensi dari apa yang diinginkan dan diperlukan oleh para pelanggannya.

Berbeda lagi dengan level manajerial, mereka ini biasanya memiliki sikap dominan dan mengetahui banyak hal namun sebatas yang diperlukan saja. Karena mereka harus tahu semua lini pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dari anak buahnya dikantor. 

Para manajer ini didalam melakukan negosiasi biasanya sangat solutif, mereka memiliki wewenang diatas para supervisor dibawahnya, hal inilah yang banyak membantu para pelanggan untuk bisa mendapatkan keputusan dengan cepat dan tepat.. 

Mereka ini dilatih untuk fokus pada menjalankan perusahaan dengan baik dan stabil, namun di satu sisi mereka juga memiliki kemampuan negosiasi yang mumpuni karena pengalamannya serta analisisnya yang lebih mendalam terhadap suatu masalah.

Pada setiap  tingkatan yang ada di sebuah perusahaan memiliki peran dan fungsinya masing-masing. dengan begitulah sebenarnya sebuah perusahaan akan berjalan pada relnya.

Hal ini tentu sangat berbeda ketika kita menjual untuk bisnis kita sendiri, ketika kita dituntut sebagai seorang salesman sekaligus seorang supervisor dan seorang manajer dalam waktu bersamaan.

Apakah kita bisa membedakan cara berpikir dan fungsi kita, sehingga ketika sebagai seorang salesman kita bisa memposisikan diri memang sebagai seorang salesman dan bukannya sebagai seorang supervisor bahkan seorang owner.

Menempatkan diri sesuai posisinya ini menjadi sangat penting ketika kita

No comments:

Post a Comment