Sunday, August 15, 2010

Pelajaran dari Pak LISIDU

Hari ini saya mendapat kabar bahwa guru entrepreneur saya Pak Lisidu pemilik Sate LISIDU Surabaya (yang konon sate termahal) telah wafat.
Terus terang, saya sedih dan merasa kehilangan. 

Sosok sederhana Pak Lisidu memberikan begitu banyak pelajaran kepada saya serta teman-teman SEC (Surabaya Entrepreneur Club) yang kenal begitu dekat dengan beliau. 

Dimata saya, Pak Lisidu adalah seorang entrepreneur Sukses namun menjalani keseharian hidup yang sangat sederhana.

Bagaimana tidak, meskipun sudah bergelimpahan harta dan sempat diundang ke Istana Presiden. 
Hampir setiap hari Pak Lisidu masih nongkrong disebelah restorannya yang megah dibilangan Barata Jaya Surabaya. Bukannya berkantor megah disebelah restoran, namun beliau "cangkru'an" sambil ikut jaga parkir di restoran itu.

Bahkan banyak pengunjung yang tidak menyadari bahwa yang jaga parkir itu adalah pemilik dari restoran itu.
Namun saya masih ingat pesan beliau waktu itu kepada kami yang masih baru memulai berwirausaha.
"Jangan alergi berpakaian rapi dan bersepatu"

Waktu itu beliau sedih melihat para pemuda pemula seperti kebanyakan dari kami yang sudah bercita-cita untuk selalu bercelana pendek. Lucu juga kami waktu itu, usaha belum sukses .....eeh....malah sudah sombong.
Lalu beliau melanjutkan, karena kita para pengusaha harus menyesuaikan kondisi dengan lingkungan baru kita.

Sampai saat ini, saya masih mengikuti saran beliau ini. 

Disaat santai saya menggunakan kaos oblong dan celana jeans kesayangan saya. Namun dikala resmi saya lebih memilih menggunakan baju batik dan celana bahan serta tidak lupa sepatu selalu ada dibagasi mobil saya.

Selamat jalan Pak Lisidu, Semoga segala amal dan perbuatan yang telah diberikan diterima disisi-Nya Amin.

Sang Pembelajar ,

Fatchur Rozi
http://fatchur-rozi.blogspot.com

PROBLEM KARYAWAN MEMULAI USAHA



Sumber foto : http://bisnisukm.com

Seringkali saya berdiskusi dengan teman-teman yang masih bekerja mengenai kendala mereka dalam memulai usaha sendiri. Dari sekian orang ternyata masalah yang dihadapi kok klasik dan umum, kenapa dikatakan umum karena rata-rata mengutarakan hal yang sama.

Kalau dibuat list umumnya masalah yang dihadapi antara lain :

  1. Modal
  2. Waktu
  3. Tenaga/SDM
  4. Tempat

Ternyata masahnya cuma ada empat faktor. Rupanya inilah “MOMOK” yang selalu menghantui teman-teman dalam memulai usaha.

Namun masalah ini bisa diibaratkan sebagai puncak gunung es (Iceberg) yang terlihat hanya ujung permasalahannya saja. Tapi tidak pernah ketemu dengan inti dari permasalah yang dihadapi.

Kalau inti permasalahan sudah dapat ditemukan dan diidentifikasi dengan jelas maka solusi akan dapat dengan mudah ditemukan.  

Hal ini wajar terjadi pada seorang karyawan. Dan jangan takut, karena bukan hanya anda yang mengalaminya tapi semua orang didunia ini juga mengalaminya.

Kalau ini adalah masalah yang banyak terjadi dan dialami oleh hampir seluruh orang, lalu kenapa tidak ada yang mau memberi solusi untuk masalah ini? Sungguh menyedihkan bukan.

Masalah how to start sebenarnya gampang dilalui, “lalu bagaimana saya mesti memulainya?” jawabnya adalah “ACTION” sekarang juga.

Hampir disemua seminar kewirausahaan, keyword “ACTION” selalu didengaungkan. Namun setelah pulang dari seminar para peserta kembali bingung bagaimana untuk memulai action.

Ada yang ngomong “tinggal melangkah saja”, lalu ada juga istilah “Mulai dari yang kecil” dan masih banyak lagi.

Namun sepertinya paradog seperti ini sudah tidak berlaku untuk semua orang.

Ada “missing link” dari kata tersebut.

Setelah lama mencari, dan mulai merunut perjalanan bisnis baik dari diri pribadi maupun dari teman-teman pebisnis yang sudah sukses saat ini. Akhirnya ketemu juga kata tersebut.

Kata itu harus didukung oleh kondisi “Terpaksa” atau kalau boleh pinjam istilah dari Mas Jaya Setiabudi “Kepepet”. Jadi kalau dibuat rumus kurang lebih akan seperti ini T+Ac=S (Terpaksa + Action = Sukses)

Parameternya masih perlu ditambah dengan M (modal), & P (produk/jasa)
Jadi rumusnya T+Ac+M+P=S (Terpaksa + Action + Modal + Produk = Sukses)

Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa dengan otak kiri terkadang rumus membuat jadi mudah. Tapi bagi yang biasa pakai otak kanan mungkin rumus tidak penting, karena mereka akan langsung action begitu melihat kesempatan.

Namun intinya entrepreneurship itu dilakukan saja dan nikmati seluruh proses dan interaksi yang terjadi didalam melakukan bisnis sendiri. Tentu saja yang namanya usaha sendiri perlu “ekstra” baik lebih dari sisi pemikiran maupun tenaga.

Melangkah maju satu kaki dan diikuti dengan kaki lainya, maka kita akan bisa jalan. Sama halnya dengan memulai usaha, melangkahlah satu langkah maka anda akan berhasil memaluinya. Lalu ada pertanyaan “apakah semudah itu?” jawabnya “tentu saja, silahkan dicoba”.

Semoga Bermanfaat,
Fatchur Rozi
http://fatchur-rozi.blogspot.com
www.imucu.com

Monday, August 9, 2010

MASA JADI KARYAWAN


 Penulis berdiri paling depan kanan

Pertamakali bekerja selepas lulus kuliah dari universitas Muhammadiyah Malang tahun 2004 saya langsung diterima bekerja pada salah satu perusahaan asuransi di asuransi Rama Surabaya.

Bangga rasanya hati ini bisa diterima disebuah perusahaan bahkan disaat saya belum diwisuda. Hanya dengan berbekal nilai transkrip yang memang memiliki rata-rata nilai bagus. Namun ini rupanya tak luput dari bantuan referensi untuk dapat bekerja diperusahaan ini.

Pada waktu itu saya tidak berpikir macam-macam, termasuk bagaimana cara diterima diperusahaan tempat saya bekerja. Pikiran saya yang penting diterima kerja Titik!.

Saya diterima sebagai seorang surveyor, dimana tugasnya mensurvey subyek yang akan masuk asuransi. Dengan berjalannya waktu saya mulai menyelidiki apakah saya memiliki kesempatan untuk dapat meraih jenjang jabatan yang lebih tinggi diperusahaan ini.

Saya baru mengetahui bahwa kesempatan untuk naik posisi paling cepat adalah melalui jalur management trainee. Dan saya masuk bukan melalui jalur tersebut, hitung-hitungan saya dalam waktu beberapa tahun kedepan saya hanya akan bertahan diposisi saat ini kecuali memiliki prestasi yang sangat menonjol baru mungkin akan direferensikan dan itupun masih harus bersaing dengan para management trainee yang memang disiapkan untuk menempati posisi tersebut.

Setelah menyadari butuh waktu yang lama untuk naik posisi, saya mulai melamar kebeberapa perusahaan yang kebetulan  membuka lowongan management trainee. Tak terhitung jumlah perusahaan yang saya lamar waktu itu namun hasilnya mulai kelihatan. Satu-persatu perusahaan tersebut mulai memanggil saya untuk tes masuk.

Beberapa perusahaan memang benar membutuhkan management trainee namun beberapa perusahaan saya anggap sebagai penipu karena membuka lowongan management trainee tapi tujuan sebenarnya adalah mencari dana untuk perusahaan sekuritas. Jadi berhati-hatilah para sarjana dan calon karyawan terhadap jebakan-jebakan ini.

Kalau boleh saya memberikan tips, lamarlah pekejaan hanya pada perusahaan yang anda kenal baik mereknya, produknya maupun perusahaannya. Karena perusahaan yang tidak jelas itu sangat banyak jumlahnya. Caranya mudah, lihat saja dari format iklan lowongan yang proposional, dan jelas identitas perusahannya.

Setelah memalui beberapa perusahaan kemudian saya pindah kerja di PT. Campina Ice Cream Industry sebuah perusahaan es krim yang banyak memberikan saya pelajaran dan networking mengenai dunia wirausaha.

Kali ini saya masuk dari jalur yang benar sebagai management trainee. Sebagai management trainee diharuskan memulai karir dari bawah dengan menjadi Sales sampai posisi madya telah saya alami. Segala macam pelatihan dan training telah saya dapatkan. Dan tidak lupa semua fasilitas mulai dari Asuransi bergengsi, mobil, rumah dll telah saya dapatkan.

Menjadi seorang profesional disebuah perusahaan tidak membuat saya puas. Karena itulah saya lebih memilih untuk menjadi seorang entrepreneur.

Pada masa kuliah sebenarnya saya sudah mulai tertarik dengan dunia entrepreneur. Dimulai ketika saya membaca buku dengan judul “Kalau mau kaya ngapain sekolah” dimana Purdie Candra menjadi salah satu narasumbernya. Namun semangat itu segera surut karena saya tidak memiliki referensi lain selain lulus dengan nilai bagus dan bekeja diperusahaan bonafit.

Harapan waktu itu, setelah diterima bekerja maka hidup kita akan menjadi jauh lebih baik. Namun kenyataan memang memberikan hasil yang berbeda dengan pemikiran kita. Hal utama yang dicari seseorang setelah bekerja tentu adalah uang.

Namun setelah ditelaah kembali dengan berapapun gaji yang kita terima, pada kenyataannya uang tersebut dengan cepatnya menguap dan ditengah bulan kita kembali harus berpikir keras agar dapat bertahan hidup sampai akhir bulan. 

Anda tahu mengapa demikian?

Karena pola pikir kita yang selalu berharap mendapatkan sebanyak-banyaknya dari sedikit pekerjaan yang telah kita lakukan. Terkadang harapan kita kurang realistis. Karena alam ini tidak bekerja dengan cara berpikir seperti ini.

Coba balik pola pikir anda, mungkin kurang lebih seperti ini.

Berikanlah sebanyak-banyaknya kepada perusahaan tempat anda bekerja tanpa berharap imbalan akan diberikan secara langsung, maka niscaya keajaiban akan datang. Just do it.....never complain. Berikan perusahaan kemampuan terbaik yang dapat anda berikan.




Think positive, kita banyak mendapat pendidikan dan networking yang sangat luas. Namun kalau anda tidak dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar dan berkembang akan sangat disayangkan.

Jadi nikmatilah apapun pekerjaan anda saat ini, karena kepuasan itu bukan hanya diukur dari tebalnya dompet. Namun terselip dalam lubuk hati yang terdalam apabila kita dapat memberikan yang terbaik buat perusahaan yang telah menjadi bagian dari hidup kita dan keluarga.

So..enjoy your life.....

Semoga bermanfaat,

Fatchur Rozi
http://fatchur-rozi.blogspot.com
www.imucu.com