Friday, August 26, 2011

Obrolan Katrok Anak Muda


Kemaren terkesan dengan obrolan sahabat saya  yang satu ini.
Denni Delyandri pemilik kerajaan bisnis oleh-oleh khas Batam dan memiliki prestasi segudang ini.

Ditengah kelakar yang kita bincangkan, ternyata ada celetukan yang cukup serius mengenai semangat yang dimilikinya.

Kunci dari kesuksesan saya cuma satu
Bisnis ala semut
Nah lho...tambah bingung aja khan..????

Artinya kalau kita mentok, cepet belok action lagi
Kepentok lagi belok lagi dst...

Sampai akhirnya ketemu dengan bisnis atau cara yg cocok dengan kita
tentu saja cocok dengan uang yang diperoleh hahahahah

Ternyata tipis sekali jarak antara orang sukses dengan yang putus asa
Wallahua'lambisshawab

Fatchur Rozi

Monday, August 15, 2011

School, Homeschool, dan Flexi-school

Berbeda dengan kebiasaan di Amerika Serikat yang lebih populer dengan sebutan homeschooling, para praktisi pendidikan rumah di Inggris lebih menyukai sebutan "home education" atau kalau diterjemahkan adalahpendidikanrumah. Sebab, education maknanya lebih luas dan daripadaschooling yang merupakan satu bentuk pendidikan yang tersruktur.

Di luar sekolah (schooling) dan pendidikanrumah (home-ed), di Inggris mengenal model lain yaitu flexi-schooling. Ada lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan beberapa hari dalam seminggu (2-3 hari) atau term, ke sekolah. Sisanya, siswa belajar sendiri di luar lembaga tersebut.

Nah, lembaga yang menyediakan layanan pendidikan 3 hari dalam seminggu itu tidak disebut home education atau homeschooling. Tetapi lembaga itu masuk kategori flexi schooling, alias sekolah fleksibel. Posisi flexi
schooling berada di antara homeschooling/home education dan schooling.

***

Aku ingin menjadikan tulisan mengenai praktek pendidikan di Inggris itu sebagai refleksi tentang penggunaan istilah homeschooling di Indonesia.

Di belahan dunia manapun, baik di Amerika, Inggris, Australia, Philipina, dll; yang disebut homeschooling atau home education adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga. Kalau pendidikan diselenggarakan oleh sebuah lembaga tertentu, maka sebutannya PASTI bukan disebut homeschooling atau home education. Sebutan untuk lembaga pendidikan itu bisa bermacam-macam: school, academy, dsb.

Nah, di Indonesia ini banyak sekali lembaga-lembaga yang menyebutkan diri sebagai homeschooling. "Homeschooling ABC" atau "XYZ Homeschooling". Penyebutan lembaga-lembaga dengan sebutan homeschooling itu menimbulkan kerancuan dan tidak sehat dalam proses edukasi masyarakat.

Masyarakat mendapatkan informasi yang salah tentang homeschooling. Akibatnya, pertanyaan-pertanyaan tentang homeschooling pun menjadi aneh: berapa biaya masuk homeschooling, adakah lokasi homeschooling di dekat rumah saya, bagaimana mendapatkan franchise homeschooling, bagaimana cara mendirikan homeschooling, dsb?

Beberapa praktisi dan pemerhati homeschooling sudah berulang kali mengingatkan bahwa sebutan homeschooling itu untuk keluarga, bukan lembaga. Tetapi, suara itu kalah gempita dibandingkan promosi "homeschooling ABC" yang dilakukan oleh lembaga-lembaga bisnis yang menggelontorkan banyak dana untuk mendapatkan siswa.

***

Melalui posting ini, aku ingin menuliskan sekali lagi tentang penggunaan istilah homeschooling ini, sebelum kondisinya semakin parah dan Indonesia menjadi bahan cemoohan di dunia internasional akibat nafsu bisnis yang disalurkan dengan cara yang tidak sehat ini.

Mengulang prolog posting ini, diantara sekolah (schooling) dan sekolahrumah (homeschooling) itu sebenarnya ada satu kategori yang disebut flexi-schooling. Nah, lembaga-lembaga di Indonesia yang menyebutkan diri sebagai "homeschooling ABC" atau "XYZ Homeschooling" itu sebenarnya masuk dalam kategori "flexi-school".

Dia disebut school (sekolah) karena dia adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan serupa dengan sekolah formal. Dia dibedakan dengan sekolah yang biasa karena pendekatannya berbeda: masuk 2-3 hari/minggu, menggunakan pendekatan yg berbeda, dsb. Tetapi dia bukan homeschooling.

Apa yang salah dengan sebutan flexi-school?
Mengapa tetap ingin menggunakan sebutan homeschooling untuk nama lemabaga? Bukankah flexi-school adalah sebuah inovasi pendidikan yang keren juga? Bukankah ada banyak kelompok masyarakat yang membutuhkan pendidikan dengan model flexi-school? Mereka tak cocok dengan sekolah, tetapi mereka juga tak sanggup menyelenggarakan sendiri pendidikan di rumah (homeschooling/home ed).

Bukankah keren juga kalau sebutannya adalah "PKBM ABC", "Lembaga Pendidikan CDE", "Sekolah Fleksi XYZ" atau sebutan-sebutan lain yang intinya adalah menyelenggarakan pendidikan yang fleksibel?

Mengenai sebutan itu, ada sebagian lembaga yang berdalih bahwa mereka adalah Komunitas Homeschooling. Sebutan komunitas ini juga perlu dilihat dengan cemat. Praktek yang umum di dunia internasional, yang disebut komunitas itu adalah kumpulan dari para anggota yang melakukan kegiatan bersama; model pengelolaan dan pembiayaannya bersifat kolektif.

Komunitas bukanlah lembaga yang dimiliki satu orang, apalagi lembaga yang tujuannya untuk mencari keuntungan bisnis.

***

Sekali lagi, mari kita tempatkan istilah-istilah itu pada tempatnya yang tepat. Sekolah adalah sekolah, dia masuk dalam jalur pendidikan formal. Sekolah fleksi adalah lembaga pendidikan non-formal. Sekolahrumah atau pendidikanrumah adalah pendidikan keluarga yang berada dalam pendidikan informal.

Dengan mulai menempatkan hal-hal pada tempatnya yang tepat, semoga kita menjadi bagian dari solusi untuk mengedukasi masyarakat, bukan bagian dari pembuat masalah.

Sumber:
http://rumahinspirasi.com/homeschooling/school-homeschool-flexi-school/

Monday, August 8, 2011

Cangkir Rejeki


Dalam beberapa bulan ini saya menerjuni begitu banyak bisnis baru
Mulai dari yang hasilnya besar sampai dengan yang membuat tekor
Mulai dari bisnis kuliner, jualan mainan sampai belajar sulap sudah dijalani

Namun yang menarik adalah....
Dari setiap bisnis dan ilmu baru yang saya pelajari ini
Saya bisa mengambil kesimpulan bahwa ....

"Apapun bisnisnya, yang penting hasilnya sesuai dengan yang kita inginkan"

Apabila kita cukup puas dengan bisnis dengan hasil yang cukup untuk hidup selama 1 hari
Berarti kita sudah cocok dengan bisnis ini

Namun
Bila kita menginginkan lebih ...
Coba pelajari lebih detail berapa sebenarnya keuntungan dari bisnis yang kita jalani saat ini
Bila kurang sesuai, coba ditingkatkan
Apabila belum bisa, maka bertanyalah kepada orang yang lebih tahu mengenai hal tersebut

Karena pada dasarnya bisnis itu adalah cermin dari diri kita
Apabila kita memiliki wadah sebesar cangkir
Maka rejeki kita juga hanya sebesar cangkir

Namun bila kita memiliki wadah sebesar lapangan bola (tapi bukan futsal ya....)
Maka rejeki yang akan kita dapat niscaya akan sebesar lapangan bola

Dan begitu seterusnya....

Naaah.....
Sekarang tugas kita bersama untuk melakukan perhitungan ulang mengenai diri serta bisnis kita
Sudah benarkah dengan mimpi kita?
Kalau masih kurang tepat, coba setting ulang atau kalau perlu di reset ulang (kalau istilah komputer)

Kalau ingin menjadi pedagang
Apakah kelas kita PKL, toko kelontong, minimarket, supermarket atau hypermarket
It's up to you

Salam FUNTASTIK,

Fatchur Rozi

http://imucu.com
http://fatchur-rozi.blogspot.com

Ayo Bangkit para Laskar Saudagar Muda

Hari ini terasa sangat menarik ketika saya mengajar di SMK Karya Mandiri Bekasi, dimana para murid di SMK ini memang dididik untuk menjadi seorang entrepreneur yang tangguh dan mandiri.

Saya adalah salahsatu mentor bisnis bagi anak-anak yang luar biasa ini. Ijinkan saya menyebut mereka dengan sebutan "Laskar Saudagar Muda"

Mereka ini adalah murid-murid yang sungguh beruntung, karena sudah diperkenalkan tentang dunia entrepreneur sejak usia dini.
Berbeda sekali dengan jaman saya yang baru mengenal dunia entrepreneur setelah bekerja lebih dari 2 tahun lamanya. Dan itupun baru berani resign dan mandiri setelah bekerja lebih dari 5 tahun.

Target paling dekat bagi mereka yakni bisa membayar SPP tanpa minta uang kepada orang tua
Dan berikutnya mereka harus sudah punya uang sendiri dan bisa mandiri serta dapat membantu orangtuanya

Mereka kami bagi menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 7 orang s/d 9 orang per group, konsep ini merujuk pada bentuk mastermind pada komuniats tangan diatas

Tugasnya hanya satu, mencetak profit 

Dan alhamdulillah, ada diantara mereka yang berjualan kerupuk bawang, es buah, es juice, gorengan, es kelapa dkk (dan konco-konconya he..he...)
Namun ada juga yang mahir mendesain baju, beternak unggas, membuat kandang jangkrik dan masih banyak lagi

Ada yang bercerita mengenai pelanggan yang menawar harga produk mereka terlalu rendah
Ada juga yang membayar dengan memberi lebih dari harga yang mereka tawarkan (ini yang membuat untung bertambah)
Ada yang tidak ambil untung
Ada pula yang sudah jago bernegosiasi dengan memberi potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu

Hari ini mereka sudah kami bekali dengan senjata baru yang lebih efektif dan efisien untuk kembali berdagang
Sepertinya mereka akan membuat profit lebih besar minggu ini

Oke selamat berjuang "Laskar Saudagar mudaku"
Berdagang dengan JUJUR dan akhlak mulia

Kami akan selalu mendukungmu

Salam FUNTASTIK,

Fatchur Rozi
www.imucu.com
http://fatchur-rozi.blogspot.com