Saturday, May 26, 2012

8 Cara Mudah Genjot Modal Usaha


1. Modal Keringat
Ini merupakan modal yang paling awal. Jangan salah, dengan modal keringat alias niat saja sebuah perusahaan bisa berjalan. Tanpa harus mengeluarkan uang, anda bisa merancang kode untuk aplikasi android atau buka bengkel di garasi rumah.

Mereka yang berhasil: Facebook diluncurkan dari sebuah kamar asrama Harvard oleh Mark Zuckerberg, Dustin Moskovitz, Chris Hughes, dan Eduardo Saverin.

Keuntungan: dengan menginvestasikan sumber daya alias keahlian diri sendiri Anda bisa lebih kreatif dan bisa menentukan arah perusahaan.

Hati-hati: jika Anda mitra, jangan ambil risiko. Bikin perjanjian tertulis mengenai kontribusi anda yang hanya mengandalkan skill. Jangan sampai anda 'ditendang' di kemudian hari karena tidak ikut menyetor modal secara tunai.

2. Tabungan dan kartu kredit
Modal awal perusahaan yang berasal dari simpanan si pendiri sangat lazim ditemui. Seorang pengusaha pasti rela mengeluarkan tabungannya untuk pertumbuhan perusahaan. Jika, masih tidak cukup, Anda bisa menggunakan kartu kredit pribadi.

Mereka yang berhasil: penjaga toko kelontong Kevin Smith menjual koleksi komiknya yang berharga dan memaksimalkan pinjaman di kartu kreditnya untuk membesut film "Clerks" di tahun 1994. Dia berhasil mengumpulkan modal US$ 27.000 termasuk beberapa pinjaman dari keluarga dan kerabat. Filmya sendiri meraih pendapatan lebih dari US$ 3 juta.

Keuntungan: Anda punya kendali penuh atas perusahaan. Selain itu, Anda akan lebih serius menjalankan perusahaan karena ada risiko kehilangan uang yang sudah susah payah dikumpulkan.

Hati-hati: Jika Anda tidak terbiasa menyusun anggaran, belajar dari sekarang. Manajemen uang yang buruk bisa menghilangkan modal Anda dengan cepat tanpa mendapat apa-apa.
3. Keluarga dan kerabat
Ketika pengusaha muda dinilai punya potensi, keluarga dan kerabat biasanya ingin membantu dalam menambah modal. Orangtua biasanya akan memberikan modal secara cuma-cuma, sementara teman dan kerabat lainnya ingin punya sedikit saham di perusahaan Anda.

Mereka yang berhasil: penulis naskah muda, Edward Burns, menulis sebagian besar naskah film perdananya "The Brothers McMullen" di rumah ibunya. Teman-temannya menjadi pemeran dalam film tersebut. Film itu mendapatkan penghargaan Grand Jury Prize di festival film Sundance, kemudian dijual ke Searchlight Pictures, anak usaha 20th Century Fox. Filmnya pun menjadi film terlaris di tahun 1995.

Keuntungan: Keluarga dan kerabat biasanya menolong dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan, ya mungkin sedikit imbalan boleh-boleh saja.
4. Pinjaman bank
Pinjaman bank sangat berguna bagi mereka yang ingin memulai usaha tapi tak punya banyak modal ataupun sumber modal lain. Jika perusahaan mulai mencetak laba, biasanya bank akan makin mesra mendekati Anda.

Mereka yang berhasil: Insinyur pensiunan Oscar Wong memproduksi bir sebanyak 6.500 barel setahun, melalui usaha miliknya Highland Brewing Company di Asheville, N.C. Ia dapat pinjaman US$ 1,9 juta dari Avista Business Development Corporation dan Banking Branch & Trust Co. Kini produksi birnya berhasil digenjot sampai 30.000 barel per tahun.

Keuntungan: Anda tidak perlu mengeluarkan uang sendiri dan bank tidak akan menjadi pemegang saham di perusahaan Anda.

Hati-hati: Bank melihat bisnis yang baru berdiri punya risiko tinggi. Untuk bisa dapat kepercayaan bank, siapkan rencana bisnis yang solid juga aset-aset yang bisa jadi jaminan jika ternyata nanti bisnis Anda tidak berjalan dengan baik.
5. Pinjaman alternatif
Web commerce dan media sosial memberikan perusahaan-perusahaan kecil alternatif di luar pinjaman bank. Web-web ini menemukan basis pelanggan potensial yang besar dari mereka yang pengajuan kreditnya sering ditolak oleh bank.

Mereka yang berhasil: Perusahan Seth Perlman, Gaines Motor Coaches di Las Vegas meminjam US$ 35.000 dari On Deck musim gugur tahun lalu. Uang itu digunakan untuk memperbarui bus-bus besarnya dan disewakan sebagai transportasi kru tur konser band-band rock. Bus hijau yang dinamai Emerald itu sekarang sudah di-booking untuk lebih dari 320 hari setahun.

Keuntungan: Proses aplikasi bisa lebih sederhana dan cepat daripada aplikasi ke bank.

Hati-hati: Meski beberapa pemberi pinjaman mengatakan bunganya kompetitif, tingkat suku bunga bisa melampaui 30% tergantung dari kondisi peminjam.
6. Investor 'Malaikat'
Orang-orang kaya yang disebut investor 'malaikat' senang bertaruh di tahap awal perusahaan tertutup yang sekiranya mampu bertumbuh pesat tapi masih terlalu kecil untuk minta dana jutaan dolar dari perusahaan investasi. Pembelian saham sebagai investasi dengan dana pribadi ini disebut private placement.

Mereka yang berhasil: Pada tahun 1998 salah satu pendiri Sun Microsystems, Andy Bechtolsheim memberi Larry Page dan Sergey Brin selembar cek bernominal US$ 100.000 untuk membantu berdirinya Google Inc.

Keuntungan: Investor 'malaikat' kebanyakan pengusaha berpengalaman dan bisa jadi penasehat berharga bagi perusahaan-perusahaan muda.

Hati-hati: Melepas saham ke investor baru berarti mengurangi kebebasan pengusaha dalam membuat keputusan bisnis secara sepihak. Struktur kepemilikan baru juga akan membatasi penilaian dan pilihan untuk pendanaan tahap berikutnya. Saham yang dimiliki pribadi biasanya sulit dijual lagi.
7. Merger dan akuisisi
Perusahaan kecil bisa mencapai tahap pertumbuhan berikutnya jika bergabung dengan perusahaan besar yang mau beli. Perusahaan raksasa kerap berminat mengakuisisi perusahaan kreatif yang punya produk atau jasa baru menjanjikan.

Mereka yang berhasil: Instagram yang dibeli Facebook seharga hampir US$ 1 miliar.

Keuntungan: Anda, mitra dan investor mendapat bayaran tunai atas keberanian menelurkan ide brilian dan mewujudkan jadi nyata. Pendapatan ini bisa digunakan untuk membangun bisnis baru atau beristirahat.

Hati-hati: Jika Anda memutuskan keluar setelah perusahaan diakuisisi, orang lain yang akan menikmati potensi dan hasil dari bisnis yang Anda bina dari nol.

8. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan tertutup bisa mengumpulkan sejumlah dana segar untuk ekspansi dengan menawarkan sahamnya ke publik lewat IPO. Pendiri dan investor dini punya nilai kekayaan yang ditentukan harga perdagangan saham harian.

Mereka yang berhasil: Pada tahun 2007, Mark Pincus mendirikan Zynga, produsen game-game media sosial seperti FarmVille dan Cityville. Desember 2011, Zynga mengumumkan IPO 100 juta saham umumnya di harga US$ 10 per sahamnya.

Keuntungan: Anda dan pemegang saham bisa meraup profit jika harga saham melejit. Pendiri dan investor dini seperti perusahaan investasi juga punya kesempatan melepas sahamnya ke bursa.

Hati-hati: Harga saham bisa saja anjlok di bawah harga IPO, tergantung pada performa perusahaan dan kondisi ekonomi. Terdaftar sebagai perusahaan terbuka juga berarti mengharuskan Anda mengumumkan laporan keuangan ke publik. Selain itu, banyak syarat serta ketentuan lainnya yang harus dipenuhi.

sumber : detik.com

Kisah Sang Penjual Amplop ...

Nah blogger, ketika saya membuka beranda Facebook, saya melihat seorang teman meng-share tentang sebuah kisah,
kisah yang membuat saya penasaran di awal, dan benar-benar terharu di akhirnya..

Langsung saja,
Ini dia kisahnya :

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. 
Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. 
Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. 
Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. 
Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. 
Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. 
Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? 
Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. 
Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. 
Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. 
Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. 


Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. 
Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. 
Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? 
Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. 
Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. 


“Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. 
Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. 
Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. 
Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. 
Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. 
Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. 
Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. 


“Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya.


 Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. 
Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. 

Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. 
Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. 
Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? 
Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. 
Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. 
Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. 


Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini:

“bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap..”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. 
Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. 
Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran, meminta-minta kepada orang yang lewat. 
Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. 
Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. 
Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. 
Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. 
Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Saudaraku, 
"Di antara sekian jenis kemiskinan", kata KH. Rahmat Abdullah, 
"yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam". 
Walaupun kondisi fisiknya tak sempurna, walaupun pendidikannya rendah, walaupun usianya tak lagi muda.. Izzah (kehormatan) dirinya dalam bekerja mencari penghasilan yang halal harus kita hargai daripada yang meminta-minta. 


Walaupun tidak salah apabila kita memberikan sedekah kepada siapapun yang kita lihat ketika beliau orang-orang tersebut membutuhkan uluran pertolongan kita.

SEMOGA MENGINSPIRASI UTK KEBAIKAN KITA SEMUA...


Kisah ini saya dapatkan dari Page :
http://11063ari.blogspot.com/2012/05/kisah-sang-penjual-amplop.html