Sunday, March 15, 2009

BERGURU PADA RAJANYA PARA RAJA

Kalau di MotoGP si Valentino Rossi (The Doctor) dikenal sebagai  Raja di kelas rajanya para raja atau mungkin anda lebih mengenal Michael Schumacher di Formula One sebagai rajanya Balap Mobil yang konon dianggap sebagai balap mobil paling mewah dan paling mahal sepanjang sejarah, maka di dunia bisnis dikenal juga prinsip yang sama. Adalah Pak Hadi Kuntoro (Raja Selimut) yang layak menyandang gelar ini.

Melihat Track record yang panjang dan recor yang disandang dipadu dengan kematangan baik dalam konsep dan cara menjalakan bisnis, maka layak kiranya beliau menyandang gelar ini.

 Pengalaman serta kepiawaian dalam menjalankan usaha Selimut Jepang sehingga sukses seperti saat ini, sangat layak diacungkan 2 jempol (two tumb) buat bapak yang satu ini.

Sebagai seorang raja dari Surabaya yang haus akan pengetahuan dan ilmu maka sang Raja Sendalpun memberanikan diri untuk memohon ijin guna dapat bertemu dan berkunjung ke Istana Raja Selimut.

Setelah minggu sebelumnya sempat gagal bertemu dengan beliau karena kesibukan beliau maka saat yang ditunggu-tunggu selama setengah tahun-pun tiba, pada hari Sabtu kemaren, sang Raja Sendal diperkenankan untuk berguru dan menimba ilmu dari rajanya para raja yang lebih dikenal sebagai Raja Selimut. 

Sungguh luar Biasa…… itu kata yang terucap dalam bibir say ketika menyimak penuturan kisah serta perjalanan sukses beliau. Sungguh tak disangka, perjalanan yang dilalui-nya merupakan sebuah perjalanan panjang dan berliku yang dihadapi tanpa kenal lelah dan selalu bersemangat. Rupanya ilmu dari perusahaan kelas dunia seperti Toyota telah berhasil dan sukses diaplikasikan oleh Pak Hadi. Saya pribadi lebih senang menyebutnya dengan “Prinsip usaha kelas dunia untuk produk kelas dunia”  dan Selimut Jepang memang layak menyandang gelar ini.

Pada awalnya pak Hadi terinspirasi oleh Pak Alvi yang sukses menjual tali panjat tebing. Lha wong orang yang jualan barang seperti tali panjat tebing aja bisa sukses. Coba kita pikirkan, berapa orang sih dalam satu kompleks atau kampung kita tinggal yang mau membeli tali panjat tebing yang harganya berkisar 2-5 juta…..???? Yup anda benar mungkin satu atau bahkan jawaban ekstrimnya NOL besar (tidak ada). Kalaupun ada satu yang mau beli bisa dipastikan satu tali tersebut dipake bergantian oleh banyak orang he..he….

Intinya, ketika banyak orang bilang “Tidak Butuh” artinya itu adalah peluang. Coba kita pikirkan.Di kota yang panas seperti Jakarta ini berapa banyak orang yang mau serius jualan Selimut??? Pasti mereka bertanya kiri kanan dulu sebelum memulai usaha. Dan jawaban yang diterima bisa bermacam-macam mulai dari yang negatif sampai positif. Tapi kurang lebih jawabannya beragam ada yang menjawab “Gila kamu…. Lha wong kita aja butuh AC atau kipas angin buat tidur, eeehhh kamu malah nawarin selimut”, “Kamu pasti gagal…disini nggak ada orang yang butuh selimut”  atau yang versi positifnya “ Boleh juga tuh selimut, kreatif…tapi mesti jualannya di puncak Bogor”. Dst.

Namun sama halnya dengan permen Kopiko yang ketika mau diluncurkan diadakan survey dan ternyata hasil dari survey tersebut menyebutkan bahwa “Permen tidak akan bisa menggantikan Kopi”, “Tidak bakalan laku” dst. Namun dengan Goal yang jelas serta tekad yang kuat dan didukung oleh Mental Baja maka akhirnya saat ini kita dapat menikmati permen kopiko (sungguh kerjaan Marketing BS dan omong doang).

Selimut Jepang dimulai dari segementasi yang jelas serta didukung dengan produk yang unggul membuat selimut Jepang dapat mengungguli dan merajai bisnis Selimut di Indonesia. Namun menurut saya, Faktor “X” atau kunci sukses dari bisnis ini bersumber dari satu orang yakni Pak Hadi Kuntoro sebagai pencetus ide seorang Pemilik selimut Jepang.

Bagaimana tidak, beliau membuat segment baru dalam dunia selimut sekaligus menjadi market leader dalam bisnis ini secara periodik menunjukkan grafik pertumbuhan yang sangat mencengangkan. Pada mulanya orang Indonesia lebih mengenal selimut yang bagus adalah yang tebal, warnanya kinclong dan murah namun prinsip ini telah berhasil dibalik oleh Pak Hadi dimana beliau memperkenalkan segmen baru bahwa yang namanya selimut yang Bagus itu tipis, warna tidak mencolok dan harganya dahsyat.

Namun kesuksesan ini rupanya tidak membuat Pak Hadi Kuntoro besar kepala, malah kesan penulis waktu bertemu beliau lebih kepada seorang yang rendah hati dan mau berbagi dengan orang lain. Artinya dengan segala kebesaran dan kesuksesan bisnisnya beliau masih bersedia berbagai ilmu dan memberikan manfaat untuk sesamanya (sungguh the real TDA spirit).

Pendekatan yang beliau gunakan yakni senantiasa menempatkan diri sebagai seorang customer. Artinya bisnis itu tidak boleh mentang-mentang sebagai produsen maka kita dengan seenaknya membuat peraturan, namun lebih bersifat meleyani kebutuhan customer. Sungguh dahsyat spirit yang dipunyai pak Hadi ini.

Hal yang membuat saya terkagum-kagum yakni beliau menjual selimut tanpa menjual. Artinya tanpa menawarkan orang untuk membelipun orang tetap membeli Selimut Jepang, triknya cukup dengan menyentuh dan merasakan keunggulan dari produk ini maka kita akan sepakat ini produk memang luar biasa.

Dan ada satu saran khusus buat yang masih berstatus TDB dari Pak Hadi yakni “ janganlah menjadi entrepreneur itu sebagai tujuan utama, namun anggaplah itu sebagai efek dari apa yang telah kita lakukan. Bukan masalah status Tangan Di Bawah atau Tangan Di Atas namun yang lebih penting adalah spirit untuk berbagi dan menebar rahmat kepada sesama itu jauh lebih penting”.

Sukses terus buat Pak Hadi sang Raja selimut, semoga dapat menebar rahmat dan berkah lebih banyak lagi dan semakin bermanfaat bagi yang lain Amiiin.

Go Triple is Mine !!!

R O Z  I

www.rajasendal.com

http://fatchur-rozi.blogspot.com

rozif1@gmail.com

021-237-505-99

0888-0402-1436

No comments:

Post a Comment