“Temen-temen minta tolong kebersihan hari ini di jaga sekali, barang-barang yang tidak rapi dan karung-karung yang berantakan minta tolong dibereskan, karena mantan atasan saya di kantor hari ini akan datang..” Itu salah satu pesan saya ketika brifing pagi pada hari Sabtu pagi.
“Hari ini salah satu kepala divisi Di Pabrik akan datang. “ kata saya menegaskan
Entah angin apa yang membawa beliau mau berkunjung, yang pasti ini sebuah kehormatan.
“Jabatan bos yang mau datang itu general manager. General manager itu orang yang membawahi manager-manager. Dulu di kantor posisi terakhir saya assisten manager, jadi masih dibawah manager, jadi kalian bisa bayangin kayak apa orang ini...” Kata saya..
“Pasti orang besar dan gajinya gede pak ya...”tanya salah satu rekan.
“Iya..gede lah...motor kamu yang nicil sampai 36 bulan itu sanggup dia beli cash 2-3 unit setiap bulan dan akhir tahun dia mendapat hadiah bonus yang barangkali bisa dipakai buat beli motor-mu 10-20 sekaligus..!” hahaha....mereka geleng-geleng...kok ada orang seperti itu...pikir mereka....
Dan tepat jam 14.00 (bener-bener on time seperti janjinya) beliau datang...saya tersenyum geli melihat respon temen-temen, mungkin tidak seperti yang digambarkan mereka, ternyata sosok mantan bos saya itu amatlah bersahaja. Meski mobil sedan yang dibawanya adalah mobil sedan mewah yang terlihat amat mulus.
“Selamat datang di kantor saya pak...hahaha...seperti inilah saya sekarang, sori pak ya tempatnya kotor dan acak-acakan” kata saya
“Wes gak opo-opo, Justru orang seperti kamu inilah yang membuat saya bangga, di bandingkan dengan saya yang kelihatannya saja seperti ini, tapi sesungguhnya saya hanyalah karyawan suruhan orang yang mau bergerak saja susah..” Jawabnya..
“Wah sampeyan ini pak, modal gede, dan dari satu hobi saja sampeyan bisa memiliki bisnis besar kok...”
“Bukan begitu.....” kata beliau.
“Saya memiliki keinginan ikut terjun dan terlibat didalamnya, memiliki kerajaan sendiri, meski kerajaan kecil, dan hasil yang seribu dua ribu yang didapakan itu mungkin akan lebih nikmat kita rasakan...” kata beliau..
Wah-wah-wah...ada apa dengan mantan atasan saya ini ya..?
“Usaha seperti apa yang sampeyan inginkan sih pak...bukannya sekarang sudah lebih dari cukup pak?” tanya saya..
“Saya pingin punya usaha yang tidak seperti kapitalis, artinya apa yang saya dapatkan sebagai pemilik usaha harus proporsional dengan yang didapatkan oleh orang-orang yang berkontribusi membantu saya di dalamnya” katanya..
Pikiran saya menerawang ke petani, pak Basirun, yang menggarap kebun kakak ipar saya, orangnya jujur sekali, setiap sore sepulang dari kebun dia datang membawa hasil kebun, dan di depan kakak saya dia membaginya dengan adil. Kakak saya mendapat 2 bakul singkong misalnya, Pak Basirun mendapat 1 bakul. Kalau dapat buah salak 6 karung, buat kakak saya 4 karung, pak Basirun membagi buat diri sendiri 2 karung, bahkan pernah dapat 1 buah pepaya juga di belah, pernah dapat sebuah nangka juga dibelah..meskipun kakak saya sudah pesan, kalau cuman segitu dibawa pulang saja, tapi Pak Basirun menolak, “Hak saya segini saja” katanya...
“Bisnis kapitalis maksudnya sampeyan yang enggak disetujui itu emang piye pak..” tanya saya lagi.
“Semakin saya naik atas, semakin saya tahu dalaman perusahaan, dan saya menemukan banyak hal mengejutkan. Apa yang didapatkan pemilik itu tidak kira-kira di bandingkan dengan yang didapatkan orang-orang kecil yang membanting tulang bekerja keras membantunya” katanya sambil menarik napas panjang..
“Dan bisnis ala kapitalis ini berlaku umum, termasuk perusahaan-perusahaan Indonesia juga. Dari dulu kala pemilik perusahaan mengeluh rugi, terancam rugi, keuntungan turun dsb...tapi faktanya puluhan tahun perusahaan itu tetap berdiri, lha kok bilang rugi, rugi dari mana...?” Katanya..
“Keuntungan turun sedikit saja karyawan yang di korbankan, ini tidak adil, dan saya memiliki impian suatu saat nanti memiliki usaha yang berlawanan dengan cara seperti itu...enak ya enak bareng-bareng susah ya dilakoni bareng-bareng...seperti yang situ lakukan sekarang ini saya malah lebih seneng” saya termangu dengan kata-katanya yang terakhir ini...
"Saya lahir dari keluarga bukan pebisnis, jadi saya selalu ragu untuk memulai dari dulu, dan saya orangnya juga tipenya 'easy going' jadi saya enggak terlalu mikir lah...tapi akhir-akhir ini batin saya sering resah....ada yang tidak benar dengan hidup saya...indikasinya adalah setiap bangun pagi mau kerja rasanya malas sekali....ini sudah tidak benar...."
Saya menangkap ada kepedihan yang dalam dirasakan oleh bos saya ini, kepedihan mau tidak mau tetep haris dijalani karena beliau sudah menjadi bagian dari mata rantai di dalamnya...
Syukur alhamdulillah saya mendapatkan kehormatan didatangi beliau sore ini, dan ini semakin memantapkan langkah saya di dunia Tangan Di Atas (TDA) yakni dunia dimana saya bisa memberikan sesuatu buat orang lain, bukan dunia saya mendapat jatah dari orang lain untuk diri saya sendiri.
Setinggi-tinggi jabatan yang bisa saya dapatkan di Kantor saya, ya seperti beliau ini, dan ini bisa saya dapatkan setelah saya betarung hebat baik dengan senior atau rekan-rekan se level saya...dan hasil dari pertarungan itupun ternyata hampa saja...masih seperti yang dulu, kita tidak berarti apa-apa bagi jutaan orang lain di luar sana...ini makna yang saya dapatkan dari hasil obrolan saya sore ini...
“Saya kadang sering jalan-jalan dan memperhatikan sekitar saya, disana-sini banyak orang yang hidupnya tidak layak, bahkan sangat memprihatinkan, begitu terbiasanya turun temurun dengan kehidupan yang tidak layak itu, hingga merekapun menganggap bahwa hidup adalah seperti itu....sementara kita sibuk dengan urusan membuat pemilik perusahaan semakin besar, dan saya tidak ada sedikitpun berkontribusi untuk membantu mereka...” Katanya beliau..
Tidak terasa waktu sudah masuk ashar, Saya ajak beliau ke Masjid dekat kami, sambil terus mengobrol di perjalanan, saya tercenung...kalau saja bisa mendengar yang seperti ini lebih awal, dari seorang pimpinan di perusahaan, tidak mustahil saya lebih cepat berusaha dan lebih serius berbisnis dari dulu, dan bisa lebih cepat resign, tidak perlu menunggu sampai 13 tahun....
“Tunggu saja ya...sayapun tidak ingin menunggu 55 tahun untuk bisa seperti kamu...” katanya sambil pamitan.
Sedan mewah yang mulus itu pelan-pelan mundur dari jalan sempit di depan rumah saya, dan saya lepas beliau sampai mobil tidak kelihatan dari pandangan mata....
“Terima kasih pak...saya berdoa semoga Allah memudahkan lagnkah anda...”Bisik saya dalam hati...
Berbisnis yang menarik dan terasa adem di hati adalah bisnis seperti Pak Basirun yang mengolah kebun kakak saya...ini terus terngiang-ngiang di benak saya...
Semoga Anda terinspirasi...
Salam Hangat
Hadi Kuntoro
http://www.rajaselimut.com
http://hadikuntoro.blogspot.com
NB :
1. Alhamdulilah saat ini saya sudah mulai mempublish agen-agen yang aktif, dan Hasuko-Hasuko Distro yang mulai bermunculan disana-sini, lihatlah daftar Agen dan Oulet Hasuko Distro di LINK INI
2. Senin yang lalu saya berjalan-jalan main ke Pabrik dan ketemu Yasashi San, dan saya menemukan SELIMUT-SELIMUT RAKSASA, baca ceritanya di LINK INI
3. Entah mendapat angin darimana, ada stasiun televisi yang akan menayangkan perjalanan hidup saya sebagai seorang penjual selimut, nantikan beritanya ya, moga-moga saja jadi. Ntar kalau jadi
Saya certain deh dari stasiun TV mana
No comments:
Post a Comment